Jun 13, 2025

Budaya Antri, Sesusah Itukah?



Pagi tadi setelah ambil raport Fio, saya meluncur ke MTS untuk mengambil kain seragam. Saya mendapat nomor antrian 5. Masih lumayan sepi. Ketika menunggu antrian dipanggil ada seorang ibu menghampiri. Ibu itu meminta ijin untuk menyela antrian. Dia mendapat nomor antrian 8, sedangkan antrian yang berjalan masih di nomor 2. Alasannya mau keluar kota dan menjemput suaminya di Rumah Sakit.

Langsung saya tolak. Di sebelah saya, ibu dengan antrian 4. Saya juga punya urusan lain. Saya bekerja dan ijin datang terlambat dengan konsekuensi gaji saya dipotong. Saya jelaskan ke ibu itu, masih dengan muka ramah. Ibu itu tetap menuju meja panitia. Saya hanya memperhatikan. Saya sudah siap, sandainya petugas itu mau disela, bakalan saya semprot. Tapi Bapak petugasnya bijaksana, dia menanyakan kepada kami apakah bersedia di sela. Kami sepakat menolak, dan ibunya pun tetap antri sampai nomornya dipanggil.

Kadang aura tiap orang itu beda. Ada yang bisa membuat hati kita luluh meski tak terlalu kasihan. Tapi ada juga ya, aura seseorang yang membuat kita sebal. Mungkin amal dan perbuatan juga berpengaruh. Jadi semacam hukum sebab akibat, meskipun sebenarnya tidak tahu apa sebabnya.

Terimakasih Pak. Iya, saya mengambil peran antagonis lagi. Kalau mau duluan, datanglah lebih pagi. Saya lelah menjadi orang yang nggak enakan. Iya, saya tahu, jangan pernah lelah menjadi orang baik. Anggap saja bukan rezeki ibunya bisa menyela antrian. Dan bukan kewajiban orang lain untuk mengerti kondisimu. Pun dengan masalahku, kamu juga tidak perlu tahu, Kira-kira begitu ^^,

Jadi ingat ketika antri di Alfamart. Belanjaan saya lumayan banyak, tapi ketika mau diproses ada bapak-bapak menyela antrian. Memang sih hanya membeli sebotol kopi, tidak butuh waktu banyak. Tapi ini tentang etika dan keikhlasan. Saya semprot petugasnya. Karena dia langsung melayani bapak tadi tanpa meminta izin dari saya. Dia bilang, hanya satu dan buru-buru. Heiiii.... lu pikir yang buru-buru cuman dia. Antri ya antri dong. Lu juga salah. Kenapa nyerobot antrian, lu bela. Kayaknya dia karyawan baru di cabang itu. Kalau karyawan lainnya sudah hafal dengan saya.

Mengantri. Apa susahnya sih? Memang sebel kalau nunggunya lama. Tapi kalau tidak ada budaya antri, trus saling berdesakan minta duluan. Bakalan lebih lama karena kondisi tidak terkendali. Antrilah dengan sabar dan ikhlas. Menunggu sambil scrolling sosmed. Berjam-jam juga nggak kerasa. Atau memilih ngobrol dengan orang disebelahnya boleh juga. Ini biasanya saya lakukan kalau lagi antri di Rumah Sakit. Kadang pengalaman beberapa orang random bisa menambah ilmu. Biasanya yang sudah sepuh, suka kok diajak ngobrol. Sambil cerita pengalaman sakitnya, berlanjut dengan memberi nasihat. Kalau di Bank, saya jarang sih ngobrol sama orang.

No comments:

Post a Comment

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)