menubar

Jan 15, 2024

Seblak Dago, Antara Bisnis dan Rezeki



Seblak, sejak kemuculannya di Semarang, makanan yang satu ini tidak masuk di daftar jajanan enak menurut saya. Konsepnya nggak bisa saya terima. Maafkan saya. Kerupuk itu ya kres-kres kriuk-kriuk karena bertemu dengan minyak. Digoreng. Bukan yang lembek-lembek, medok, dan mblegedrek karena direbus. Tapi makanan ini populer dikalangan kawula muda pecinta pedas dan micin. 

Hari MInggu kemarin, Fiorenza pengen nyobain seblak. Ya karena saya nggak pernah ngajak dia jajan seblak, jadi dia belum pernah makan seblak. So sad but true lho. Kedai seblak dekat rumah yang paling ramai adalah Seblak Dago di Tlogosari. Setiap kali lewat, parkiran motornya tidak pernah kosong. Ramai terus, dari menjelang siang hingga malam. Pasti enak lah, menurut pemikiran saya. 



Karena baru kali pertama, coba yang aman dong. Seblak bakso dan jamur level 1. Untuk Yasmin, tanpa cabe. Level 0. Dan benar saja dugaan saya. Seblaknya pedas dan micin banget. Baru level 1 itu. Nggak kebayang yang level 7. Seporsinya mengenyangkan karena ada tambahan mie. Jadi semangkok 20ribu saja. Apakah enak? Enak sih kuahnya, tapi ya itu kebanyakan micin. Sungguh, micin itu relatif.



Kami datang disaat yang tepat kemarin. Sekitar pukul setengah 12, kami sampai di kedainya. Menunggu pesanan juga tidak terlalu lama. Saat saya mau pesan minuman lagi, ternyata semua karyawannya sedang sholat. Dan hebatnya, mereka semua sholat berjamaah di masjid atau mushola. Hanya ada tulisan "'Sedang Sholat" di meja kasir. Selama karyawan sholat, pengunjung banyak yang datang, Dan ini yang membuat saya lebih heran. Mereka mau lho menunggu setengah jam lebih tanpa minuman. Karena memang tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman dari luar. Nggak cuma satu dua pengunjung, tapi banyak. Wow. Kalau saya sih lebih milih tempat lain kalau nunggunya lama. Mungkin ini ya yang membuatnya selalu laris. Keyakinan. Rezeki sudah Allah atur, jadi tidak akan lari, hilang, direbut apalagi tertukar. Sholat berjamaah lebih utama dari sekedar mengejar rezeki yang hanya beberapa rupiah saja. Nggak semua palaku bisnis bisa dan mau menerapkan yang model begini. Dan nggak semua pengunjung bisa menerima kondisi juga sih. Kalau sudah tahu aturannya, sebaiknya datang tidak bertepatan dengan jam sholat.

4 comments:

  1. Hahahahaha aku pun tak suka seblak mbaa 😅. Buatku lebih baik makan bakso drpd seblak. Mungkin hampir sama dengan mba, kerupuk buatku hrs garing. Kalo dimakan blenyek aku geli 🤣. Tapi namanya selera, yo wislah 😂😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sealiran ternyata. Betul, bakso lebih nikmat ya.

      Delete
  2. Sip, sama aku juga kurang suka seblak apalagi pedes sekalu, aneh rasanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, ada lagi yang sealiran. Kalau saya setelah makan pedes, perut auto mules.

      Delete

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)