Jadi begini, di belakang rumah ada satu pohon mangga yang kelewat cukup umur sebenarnya. Pada umumnya, mangga cangkok akan berbuah dalam 2 atau 3 tahun masa tanam. Nah, yang dibelakang rumah itu udah berusia sepuluh tahun. Ditanam bersamaan waktu pindah rumah. Mau di tebang, kok sayang banget. Sudah besar, rimbun dan subur.
Tahun kemarin sudah berbuah sih, namun hanya hitungan jari. Sedangkan tahun ini, buahnya lumayan banyak. Suka aja ngeliatnya. Yang posisinya paling tinggi, nggak terjangkau galah, dan jadi makanan kelelawar dan ulat. Nggak tau sih jenis mangga apa. Kalau mangga muda berasa asam, wajar banget kan? Tapi yang ini, udah matangpun tetep berasa asam. Meskipun warna buahnya udah oranye menggiurkan, tetep saja asam.
Agak mubazir sih sebenarnya. Berhubung saya hamil muda waktu mangga itu mulai berbuah tahun ini, alhasil hanya saya memanfaatkannya. Seger-seger asem gitu deh. Dibikin rujak siang-siang panas, enak. Mangga muda saya kupas, cuci dan iris kecil-kecil seberti batang korek api. Trus sambalnya sederhana, hanya terdiri dari cabai, garam, dan gula jawa. Cabai yang dipakai sesuai selera. Kalau saya suka perpaduan cabai rawit dan cabai merah. Pedasnya nendang. Setelah bahan-bahan sambal dihaluskan, tinggal campur dengan irisan mangga muda tadi. Masukkan ke dalam kulkas dulu satu atau dua jam supaya dingin dan sedikit berarir. Wuih, mantab.
Buah mangga di pohonnya masih banyak, ada yang mau?