menubar

Sep 30, 2022

100 Days Challenge #050 : Bunzo & Footlites



Ah, justifynya bisa dipakai lagi di post ini ^_^

Setelah ini, post 100 Days Challenge nya dijeda Inktober Tangles dulu ya. Tahun ini saya memutuskan untuk menggambungkan zentagle dengan inspiring song lines. Yang terlintas aja dari sekian ribu lagu yang sudah saya dengarkan. Dan kebanyakan lagu jadul. Kalau lagu kekinian suka lewat aja sih, nggak masuk dan menetap di salah satu sudut ruang otak. Padahal lagu-lagu sekarang banyak yang bagus juga kan.

Song lines nya saya tulis di kertas hitam. Semoga inktober tangles 2022 ini bisa konsisten ngepost setiap hari. Semoga ya.




Kalau mau ikutan, cusss... ke blognya mba Stephanie Jennifer di sini atau kunjungi instagramnya di sini atau di sini. Mari kita bersenang-senang. 



Sep 29, 2022

100 Days Challenge #049 : Bunzo & Biscus

                           

Ternyata pelajaran kolase ada sampai kelas 4. Sementara ya. Karena Fiorenza baru kelas 4. Mungkin akan tetap ada sampai kelas 6.

Kalau beberapa waktu lalu, saya belikan kacang hijau dan jagung. Temanya rumah adat Indonesia. Emak pilihin rumah Gadang. Prediksi emak, apapun hasilnya, masih akan terlihat ciri khas rumah gadang. Setelah jadi, emak kepikiran, kenapa nggak pakai beras warna-warni saja. Warna bisa menyesuaikan keinginan. Tapi yasudahlah, sudah selesai juga.



Dan seperti biasa ya. Apapun yang kakak kerjakan, si adik juga harus ikutan. Semangat banget Yasmin ngerjain ini. 



Nah, kali ini kakak dapet tugas kolase lagi dong. Tapi bukan dari biji-bijian melainkan dari bahan alam yang lain. Tugas kali ini memakai daun pisang kering. Kebetulan di samping rumah banyak pohon pisang. Kebun tetangga sih. Daun pisang kering digunting sesuai pola bunga sakura. Rantingnya memakai ranting pohon jambu, pilih yang paling kecil dan kering. Dan, ini dia jadinya. Lebih dewasa kan ya. Ini emak yang bikin rancangannya.



Ini kenapa justify nya nggak bisa dipakai sih.

Sep 1, 2022

100 Days Challenge #048 : Bunzo & Arc Flower

 



Kejadiannya baru kemarin lusa. Hari Selasa, Fiorenza menangis ketika pulang sekolah. Dia bercerita kalau sepedanya tidak ada di tempat parkir sekolah.  Tapi ada satu sepeda yang sekilas mirip dengan sepeda Fiorenza. Jadi, kami berpendapat, mungkin saja tertukar. Namanya juga anak-anak. 

Sepeda Fiorenza

Sepeda yang tertinggal

Hari Rabu pagi, saya ke sekolah, mana tau sepedanya ada di parkiran. Ternyata tidak ada. Kalau sepeda yang tertinggal masih ada. Kemudian, saya meminta tolong wali kelas untuk mencri info tentang sepeda Fio. Siang harinya, saya dikabari kalau sepeda sudah ketemu. Infonya, sepeda di temukan di salah satu kelas. Entah kelas berapa. Agak kaget sih. Ah, ini ulah teman-temannya pasti. Tapi prank nya nggak lucu. Soal siapa pelakunya dan apa hukumannya, saya tidak tahu. 

Bu guru, Pak guru, kami titipkan anak-anak belajar di sekolah. Mohon lebih diperhatikan berkaitan dengan akhlak, perilaku dan karakter anak-anak di sekolah. Kami sebagai orang tua juga berusaha sebaik-baiknya mendidik anak-anak. Mari bekerjasama dengan lebih baik.