16 Maret 2014, tepat di hari Minggu,
atung berpulang. Atung, panggilan akrab kami kepada kakek dari ibuk
saya, Djajoes Marto Sarono. Atung dipanggil di usianya yang ke-93. Atung dimakamkan hari
itu juga sore harinya. Saya sudah tinggal bersamanya hampir seumur hidup saya. Banyak cerita tentang saya dan atung. Atung itu orangnya tepat waktu, tegas dan memegang prinsip. Sepertinya itu yang menurun pada saya melalui ibuk. Beberapa tahun menjelang kepulangannya, dia menderita pikun. Di hari pernikahan saya, atung sama sekali tidak tau acara apa yang sedang berlangsung, siapa yang menikah. Ketika Fio lahir, atung juga sering bertanya-tanya "ini anak siapa?". padahal kan Fio anak dari cucu tersayangnya. Sedih, tapi mau bagaimana lagi. Usia telah membuat ingatannya jauh berkurang.
Bagi banyak orang, atung itu galaknya luar biasa. Iya sih. Mungkin karena dia lahir dan besar di jaman perang yang menjadikan wataknya keras. Keras yang bagi banyak orang dinilai galak.
His long trip begun. Semoga atung segera bertemu Allah, Sang Pencipta. Dan semoga nanti kami bisa menemuinya di surga yang indah.
Selamat tinggal tung.
Bagi banyak orang, atung itu galaknya luar biasa. Iya sih. Mungkin karena dia lahir dan besar di jaman perang yang menjadikan wataknya keras. Keras yang bagi banyak orang dinilai galak.
His long trip begun. Semoga atung segera bertemu Allah, Sang Pencipta. Dan semoga nanti kami bisa menemuinya di surga yang indah.
Selamat tinggal tung.