Kalau kita melihat
sinetron dan film, dari awal sudah ketahuan siapa yang jahat siapa
yang baik hati. Dari pertama skenario dibuat, sudah ditentukan peran
antagonis, peran protagonis, peran utama dan peran pembantunya. Nah,
tapi ini kehidupan, nyata. Kita tidak bisa menilai siapa yang jahat
dan siapa yang baik hanya dari satu sisi. Jahat atau baik itu
tergantung dari sudut pandang siapa dulu. Seperti contoh, jika saya
berbicara “lugas dan apa adanya”. Menurut saya, saya tidak jahat,
saya tidak menyakiti orang karena saya berbicara fakta. Saya
baik-baik saja. Nah, dari sisi orang lain, belum tentu seperti itu.
Saya bisa dinilai jahat, saya nggak bisa ngerti perasaan orang, saya
ngomong nggak dipikir, dan sebagainya. Itu baru satu contoh kecil.
Ini bisa berlaku sebaliknya.
Kasus lain. Ketika
seorang di cap pelit oleh sebagian besar lainnya, belum tentu dia
merasa pelit loh. Pelit itu penyakit yang tidak bisa dirasakan oleh
penderita. Kalau pelit itu penyakit, obatnya dijual di apotik nggak
sih ? :P Bagi penderita, dia baik-baik saja sampai ada banyak yang
bilang dia pelit. Kalau bisa instropeksi diri, bagus. Bisa jadi nanti
ada perubahan. Tapi kalau tidak mau instropkesi, ya selamanya dia
sakit. Dia akan mencari-cari alasan dan pembenaran atas sifat
pelitnya. Kalau dalam film, si pelit itu pastinya pemain yang
kebagian peran antagonis. Namun ini dunia nyata, siapa antagonis
siapa protagonis tergantung dari sudut pandang siapa.
Oiya, beberapa hari yang
lalu saya membaca status Mario Teguh, begini tulisannya : “Jika
engkau kaya atau berkuasa, bahkan yang tidak mengenalmu pun akan
mengaku saudaramu. Tapi jika engkau miskin dan cemar,saudaramu pun
malu mengakuimu (Mario Teguh
12-11-2013) “. Wah, pas sekali status Bapak itu. Banyak kan manusia
sekarang seperti itu. Coba deh koreksi diri masing-masing apakah kita
termasuk golongan seperti itu. Perlu kerendahan hati untuk bisa
mengoreksi dan mengakui pada diri sendiri. Tapi lagi-lagi, kita
selalu mencari alasan dan pembenaran atas sikap kita. Siapa jahat,
siapa baik hati, tergantung dari sudut pandang siapa.
Pun dengan mereka yang
mendapat hukuman penjara. Tidak selamanya mereka berperan antagonis.
Meskipun perbuatan mereka terbukti melanggar hukum, namun niat dan
alasan sebenarnya tidak kita ketahui. Sebuah contoh dalam film,
wanita terpaksa membunuh karena akan diperkosa. Si wanita itu tidak
disalahkan oleh penonton karena membela diri. Nah, di dunia nyata,
tetap saja wanita itu dihukum penjara dengan alasan membunuh. Entah
alasan membunuh itu karena membela diri atau bukan. Menghilangkan
nyawa orang lain itu salah.
Masih banyak kasus dan kejadian lain.
Benar atau salah, jahat atau baik, antagonis atau protagonis
tergantung dari sudut pandang siapa yang melihatnya. Karena kita
hidup di dunia nyata, bukan panggung sandiwara. Lalalalalaaaa....
Selamat hari Kamis. Pernahkah anda
berpkir dan memposisikan diri sebagai koruptor? Benar atau salah? :D