Nov 14, 2013

Antagonis atau Protagoniskah Kita?

Kalau kita melihat sinetron dan film, dari awal sudah ketahuan siapa yang jahat siapa yang baik hati. Dari pertama skenario dibuat, sudah ditentukan peran antagonis, peran protagonis, peran utama dan peran pembantunya. Nah, tapi ini kehidupan, nyata. Kita tidak bisa menilai siapa yang jahat dan siapa yang baik hanya dari satu sisi. Jahat atau baik itu tergantung dari sudut pandang siapa dulu. Seperti contoh, jika saya berbicara “lugas dan apa adanya”. Menurut saya, saya tidak jahat, saya tidak menyakiti orang karena saya berbicara fakta. Saya baik-baik saja. Nah, dari sisi orang lain, belum tentu seperti itu. Saya bisa dinilai jahat, saya nggak bisa ngerti perasaan orang, saya ngomong nggak dipikir, dan sebagainya. Itu baru satu contoh kecil. Ini bisa berlaku sebaliknya.

Kasus lain. Ketika seorang di cap pelit oleh sebagian besar lainnya, belum tentu dia merasa pelit loh. Pelit itu penyakit yang tidak bisa dirasakan oleh penderita. Kalau pelit itu penyakit, obatnya dijual di apotik nggak sih ? :P Bagi penderita, dia baik-baik saja sampai ada banyak yang bilang dia pelit. Kalau bisa instropeksi diri, bagus. Bisa jadi nanti ada perubahan. Tapi kalau tidak mau instropkesi, ya selamanya dia sakit. Dia akan mencari-cari alasan dan pembenaran atas sifat pelitnya. Kalau dalam film, si pelit itu pastinya pemain yang kebagian peran antagonis. Namun ini dunia nyata, siapa antagonis siapa protagonis tergantung dari sudut pandang siapa.

Oiya, beberapa hari yang lalu saya membaca status Mario Teguh, begini tulisannya : “Jika engkau kaya atau berkuasa, bahkan yang tidak mengenalmu pun akan mengaku saudaramu. Tapi jika engkau miskin dan cemar,saudaramu pun malu mengakuimu (Mario Teguh 12-11-2013) “. Wah, pas sekali status Bapak itu. Banyak kan manusia sekarang seperti itu. Coba deh koreksi diri masing-masing apakah kita termasuk golongan seperti itu. Perlu kerendahan hati untuk bisa mengoreksi dan mengakui pada diri sendiri. Tapi lagi-lagi, kita selalu mencari alasan dan pembenaran atas sikap kita. Siapa jahat, siapa baik hati, tergantung dari sudut pandang siapa.

Pun dengan mereka yang mendapat hukuman penjara. Tidak selamanya mereka berperan antagonis. Meskipun perbuatan mereka terbukti melanggar hukum, namun niat dan alasan sebenarnya tidak kita ketahui. Sebuah contoh dalam film, wanita terpaksa membunuh karena akan diperkosa. Si wanita itu tidak disalahkan oleh penonton karena membela diri. Nah, di dunia nyata, tetap saja wanita itu dihukum penjara dengan alasan membunuh. Entah alasan membunuh itu karena membela diri atau bukan. Menghilangkan nyawa orang lain itu salah.

Masih banyak kasus dan kejadian lain. Benar atau salah, jahat atau baik, antagonis atau protagonis tergantung dari sudut pandang siapa yang melihatnya. Karena kita hidup di dunia nyata, bukan panggung sandiwara. Lalalalalaaaa....
 
 
Selamat hari Kamis. Pernahkah anda berpkir dan memposisikan diri sebagai koruptor? Benar atau salah? :D

No comments:

Post a Comment

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)