menubar

Jan 23, 2014

Cerita Banjir 23 Januari 2014

Kebetulan saya bekerja di sebuah kawasan industri yang terkenal banjir. Baru tujuh bulan. Kalau musim hujan ya banjir air hujan, kalau pas nggak musim hujan ya tetep banjir karena rob. Jadi sepertinya saya sudah lumayan akrab dengan banjir. Meski banjir, jalanan masih bisa dilalui kendaraan. Tapi banjir hari ini kok lain. Semarang di guyur hujan dengan intensitas yang lumayan besar.

Pagi tadi, seperti biasa saya melewati Jalan Wolter Monginsidi. Bismillah, semoga nggak macet dan nggak parah banjirnya. Sampai di Dong Biru, jalan lurus itu kok sepi. Nggak ada kendaraan yang berani lewat. Jalan beraspal itu hancur tergenang banjir dengan air berwarna coklat keruh, dalam. Lubang besar dan curam terkesan seperti ranjau, bertebaran tidak beraturan. Siap meminta korban yang sedang “beruntung”. Semua motor belok kiri melewati jalur alternatif. Saya ikut saja meski belum tahu jalan itu. Saya sih mikirnya, nih orang-orang pasti cari jalan keluar menuju Kaligawe. Dan oh, ternyata. Jalannya banjir juga. Hampir selutut. Beberapa motor berbalik arah, tapi banyak juga yang pantang menyerah. Termasuk saya salah satunya. Antara nekat berani dan nekat karena tidak tau. Doa tidak putus dilantunkan dalam hati agar selamat baik motor maupun pengendaranya. Agak sedikit trauma dengan motor mogok beberapa hari yang lalu.

Alhamdulillah, selamat sampai kantor. Tidak mogok, tidak mendorong motor dan tidak telat. Berati tidak dipotong gaji. Berangkat kerja hari ini, persiapan saya lebih baik dari tempo lalu. Saya membawa celana ganti lengkap dengan dalemannya. Saya tidak memakai sepatu, tapi memakai sendal jepit. Tidak perlu pakai make up, toh nantinya juga luntur kena air hujan. Memakai helm yang kacanya masih jernih jadi mata tidak pedas kena air hujan. :D

Nah, yang bikin bingung pulangnya nih. Kalau berangkat modal nekat karena tidak tau, pulangnya tidak ada nyali karena tahu. Genuk Wolter Monginsidi sudah tidak mungkin dilalui. Padi Raya tambah tidak mungkin. Bisa-bisa nuntun motor lagi. Dong Biru lagi, mungkin bisa. Karang Roto, ada yang bilang dalam, ada yang bilang masih bisa dilalui motor dan tidak mogok. Sawah besar, lewat Kaligawenya yang banjir. Masak iya harus lewat sayung muter Mranggen? Jauh bow, dan yang pasti saya tidak tahu jalannya. :P

Bismillah, semoga nanti selamat sampai di rumah. Ketemu Fio dan semuanya. Aamiin. No plan mau lewat mana, ntar ngikut orang-orang sajah.

No comments:

Post a Comment

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)