Nggak
sengaja tadi pagi pas buka facebook nemu tulisan ini. Milik akun Gabriel Photograph Lombok. Entah tulisan asli atau nggak, saya tidak tahu. Yang pasti memori lama
diputar kembali. Yang di bold adalah tulisan asli penulis. Yang
tanpa bold, pengalaman saya.
Berdasar penelitian
beberapa psikolog
GENERASI BAHAGIA Itu,
generasi kelahiran 1970-1990,
Dan itu adalah kami.
“Saya
termasuk juga. Saya lahir tahun 1984.”
Kami adalah generasi
terakhir yang masih bermain di halaman rumah yg luas. Kami berlari
dan bersembunyi penuh canda-tawa dan persahabatan. Main Petak Umpet,
Boy-boynan, gobag sodor, Lompat tali, Masak-masakan, sobyong,
jamuran, putri putri Melati tanpa peringatan dari Bpk Ibu. Kami bisa
memanfaatkan gelang karet, isi sawo, kulit jeruk, batre bekas, sogok
telik mjd permainan yg mengasyikkan.Kami yg tiap melihat pesawat
terbang langsung teriak minta uang.
“Betul
sekali. Rumah kontrakan ibu saya waktu itu halaman depan standar sih.
Tapi halaman belakangnya luas banget. Tidak ada pagar belakang. Jadi
halaman belakang tetangga pun bebas saya jadikan tempat bermain.
Kebun yang luas membuat kami tak bosan menjelajah. Bahagia.
Permainan seru yang perlu bayak pemain, otomatis harus bermain
bersama teman-teman. Boy-boynan dan sobyong kok saya tidak tahu ya?
Atau mungkin namanya berbeda dengan yang saya tahu? Tiap melihat
pesawat terbang, saya tidak minta uang tapi dadah-dadah berharap
mungkin yang di dalam pesawat ngeliat dan dadah-dadah juga”
Kami generasi yang
ngantri di wartel dari jam 5 pagi, berkirim surat dan menanti surat
balasan dg penuh rasa rindu. Tiap sore kami menunggu cerita radio
Brama Kumbara, berkirim salam lewat penyiar radio. Kamilah generasi
yang SD nya merasakan papan tulis berwarna hitam, masih pakai pensil
dan rautan yang ada kaca di salah satunya. Kamilah generasi yg SMP
dan SMA nya masih pakai papan tulis hitam dan kapur putih. Generasi
yang meja sekolahnya penuh dengan coretan kejujuran kami melalui
tulisan Tipe-X putih, generasi yang sering mencuri pandang teman
sekolah yang kita naksir, kirim salam buat dia lewat temannya dan
menyelipkan surat cinta di laci mejanya.
“Saya lebih suka Mak Lampir dan Nini Pelet. Saya nggak pernah ngantri di wartel dari jam 5
pagi. Nggak ada yang ditelpon sih. Papan tulis hitam? Iya. Tapi pas
kelas 3 SMA udah pake white board dan board marker.
Coret-coret pake tipe x putih pasti dong, tapi nggak parah-parah
amat. Curi pandang teman yang ditaksir juga iya, tapi nggak berani
kirim salam apalagi surat cintah, maluuuu... eike kan cewek”
Kami adalah generasi
yang merasakan awal mula teknologi gadget komunikasi seperti pager,
Komputer Pentium jangkrik 486 dan betapa canggihnya Pentium 1 66Mhz.
Kami generasi yang sangat bangga kalau memegang Disket kapasitas
1.44Mb dan paham sedikit perintah Dos dengan mengetik copy, del, md,
dir/w/p. Kami adalah generasi yang memakai MIRC untuk chatting dan
Searching memakai Yahoo. Generasi bahagia yang pertama mengenal
Nintendo, Game wot yg blm berwarna.
“Iya... tapi nggak
dibeliin pager. Kata ibuk mau dipakai buat apaan, mahal pula. Ada
pelajaran komputer di sekolah tapi nggak gitu suka. Nggak suka
ngapalin perintah DOS. Kalau inget MIRC inget cahtting sama
orang-orang luar negrih. Sama teman-teman biar bahasa inggrisnya
lancar jaya. Kadang nggak ngerti sih yang diomongin apaan. Kalau awal
chat biasanya diawali dengan asl pls. Hahhaaaa... masih pada inget
nggak asl pls itu apa? Sempat jadi mania gembot. Terus muncul
generasi gembot yang ada suaranya bego lu. Hahahaa.. suka suka
suka.”
Generasi kamilah yang
merekam lagu dari siaran radio ke pita kaset tape, yang menulis lirik
dengan cara play-pause-rewind, dan memanfaatkan pensil utk menggulung
pita kaset ya macet, kirim kirim salam ama temen2 lewat siaran radio
saling sindir dan bla bla bla, generasi penikmat awal Walkman dan
mengenal apa itu Laserdisc, VHS. Kamilah generasi layar tancap Misbar
yang merupakan cikal bakal bioskop Twenty One.
“Aakkkkk...suka bagian
ini. Saya punya banyak kaset bajakan karya sendiri. Isinya
lagu-lagu yang saya suka tapi tidak beli kasetnya. Koleksi kaset ori
juga banyak. Backstreet Boys, Nsync, Westlife. Omg... musik paling
keren itu ya 90an. Dari boyband sampai band-band cadas
kereeeeeeeeeennn bok. Jaman sekarang mah gampang, tinggal dunlut
saja. Trus saya juga punya buku lirik lagu. Hand writing alias
tulis tangan.Ada yang didapat dari play-pause-rewind.
Ada yang nyatet dari radio Gajah Mada (tiap hari Minggu, lupa nama
acaranya) si pembawa acara bacain lirik dan terjemahannya. Kalau ada
kata-kata yang agak susah, dia bakal ngejain huruf per huruf. Ada
yang dari nyatet buku chord musik punya teman. Tapi kebanyakan itu
lagu-lagu barat. Ah, jaman dulu itu butuh perjuangan ya. Punya
walkman itu udah gaya banget waktu itu. Trus beralih ke discman.”
Kami tumbuh diantara
para legenda cinta spt kla Project, dewa 19, padi, masih tak malu
menyanyikan lagu Sheila on7, dan selalu tanpa sadar ikut bersenandung
ketika mendengar lagu: mungkin aku bukan pujangga, yg pandai
merangkai kata.
“Wowoowowooo...Sheila on
7. Eros aku padamu. Awal kemuculan mereka pas saya SMP. Inget nggak
judul lagunya DAN. Teman-teman suka ngegoda pakai lagu itu. Kan
namanya dani. Dan.. dan... Kirain manggil. Ketika saya menoleh justru
mereka malah lanjut nyanyi dan bukan maksudku...melupakanmu...
bla...bla... Sebel waktu itu. Tapi sekarang jadi kenangan manis.”
Kami generasi bersepatu
Warior dan rela nyeker berangkat sekolah tanpa sepatu kalau sedang
hujan. Cupu tapi bukan Madesu.
"Hu um banget. Pulang
sekolah, nyeker sambil main hujan itu seru. Padahal tu sepatu bakalan
basah juga, sepatu nggak dimasukin kresek tapi di tenteng. Sama aja
kan.”
Kami adalah generasi
yang bebas, bebas bermotor tanpa helm, yang punya sepeda, sepedanya
disewain 200 rupiah /jam, bebas dari sakit leher krn kebanyakan
melihat ponsel, bebas manjat tembok stadion, bebas mandi dikali
disungai dll, bebas manggil teman sekolah dengan nama bapaknya. Bebas
bertanggung jawab.
“Kayaknya yang nulis
cowok deh. Saya nggak gitu soalnya.”
Sebagai anak bangsa
Indonesia, Kami hafal Pancasila, Nyanyian Indonesia Raya, maju tak
gentar, Teks proklamasi, Sumpah Pemuda, Nama nama para Menteri
kabinet pembangunan IV dan Dasadharma Pramuka dan Nama nama seluruh
provinsi di Indonesia.
“Betul, semua itu wajib
kita hafalkan. Dan memang kita semua hafal. Anak jaman sekarang mana
hafal nama menteri-menteri. Belum sempat dihafalkan sudah di resuffle
kabinetnya.”
Kini disaat kalian
sedang sibuk2nya belajar dengan kurikulum mu yg njelimet, kami
asik2an mengatur waktu untuk selalu bisa ngumpul reunian dg generasi
kami.
“Indrianne Lee, Nuansa
Bening, Isna Maulida, kapan kita reuni?”
Betapa bahagianya
generasi kami.
“Iya,
kami bahagia menjadi generasi 90an”
maaf adik2... kalian
belajar yg keras ya untuk mendapatkan kebahagian cara kalian
sendiri...
Salam sayang dari kami.