Apr 19, 2012

Pengalaman Bekam Pertama Kali

Saya sudah bosan berobat dan minum obat. Dan akhirnya saya memutuskan untuk mencoba pengobatan alternatif yaitu bekam. Kalau melihatnya, ngeri banget. Darah dikeluarkan melalui kulit pasti sakit. Tapi niat sudah bulat, tekad sudah membara, pantang untuk mundur. Yang selalu ngasih info banyak tentang bekam ya itu Pepeng Escoret lewat milis loenpia dan tulisan di blognya.

Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit berfungsi untuk membuang darah yang telah rusak atau teroksidasi karena tingginya oksidan dalam tubuh (dari wikipedia).
Poto saya pinjem dari escoret

Hari Senin kemarin saya mendatangi klinik bekam di daerah Plewan 2, nggak jauh dari Masjid Agung Jateng. Hari itu saya memang teramat capek setelah tiga hari berturut-turut melakukan aktivitas di luar kebiasaan. Pulang dari Jepara, istirahat sebentar, malamnya bekam.

Yang dirasakan saat pertama kali bekam? Sakiiiiiiiittttttt. Pas pertama kali alat bekam nempel dikulit trus disedot, kulit rasanya kayak diteot tapi lama. Teot itu bahasa Jawa untuk kata cubit, tapi cubitan besar. Saya menyebutnya begitu. Pas kulit dilukai dengan jarum, nggak begitu saikit sih. Rasanya kayak digigit semut, tapi semutnya rombongan. Pas, darahnya dikeluarin, rasanya nggak sakit. Begitu tubuh sudah membiasakan diri dengan kondisi, nggak sakit lagi.

Sebelum bekam, saya ditanya dulu tentang sakit yang dirasakan. Keluhan saya migren, alergi, dan kaki kiri sakit kalau lagi sholat. Ada dua titik bekam di leher, katanya untuk mengobati migrennya. Di tubuh bagian belakang dilakukan tujuh titik pembekaman. Dan tiga titik di kaki kiri saya. Darah yang paling banyak dan agak hitam keluar dari titik pembekaman bagian pinggang dan kaki.

Malamya, tidur pulas banget. Nggak pakai mimpi, ngelindur, dan nglilir. Pagi harinya badan lebih enteng. Migren juga ilang loh. Alhamdulillah. Tapi alerginya belum sembuh. Tiap hari masih bentol-bentol kayak abis kena bulu ulat. Dua minggu lagi, mau kembali ke sana untuk terapi selanjutnya. Semoga tubuh ini jadi lebih sehat, penyakit pergi dan alergi nggak balik lagi. Dan satu lagi, semoga bisa berpisah selamanya dengan obat dan jamu.

2 comments:

  1. kamu biasa minum obat apa, Danie?
    Sebenernya gak jauh dari rumahku ada praktik bekam tapi kok ya aku belum punya nyali buat nyoba..
    Btw, ini bukan yang waktu itu ikut kopdar bekam anak2 Loenpia kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan, tapi minggu depan mau noyba yg dibuat kopdar loenpia itu, lebih deket dr rumah.

      obatnya macem2 dr dokter, pernah minum jamu tradisional juga, malah mules2 m*ncr*t ga karuan.

      Delete

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)