Sep 9, 2013

Kilas Balik Proses Kelahiran Fio

Beberapa hari yang lalu ada bertanya “Melahirkan sakit nggak sih mbak?”. Hmmm... bagaimana menjawabnya. Kalau saya jawab sakit, ntar dia takut. Kalau dijawab enggak sakit, saya bohong dong. Rasa melahirkan itu rrruaarrr biasaaaa, cetar membahana deh.

Sabtu 23 Februari pukul 02.00 dini hari, perut sudah mulai mules-mules. Frekuensinya belum seberapa tapi cukup membuat nggak bisa tidur. Akhirnya bangunin suami buat ke Rumah bersalinnya. Setelah diperiksa, ternyata belum ada pembukaan. Saya baru tau, dicek ada tidaknya pembukaan ternyata sakit juga.

Pagi hari, suami tetap berangka kerja. Hanya saja dia berpesan untuk selalu kasih kabar. Kira-kira pukul 10.00 pagi keluar bercak berwarna merah jambu, lumayan banyak sih. Ibu mengantar saya untuk periksa lagi. Ternyata belum juga ada pembukaan. Mulesnya sih tetep. Meskipun masih datang dan pergi begitu saja.

Pukul 11.00, mulesnya sudah berasa banget tapi pas diperiksa masih pembukaan satu. Astagfirullah, sakit minta ampun. Lama bener proses bukaannya. Saya hanya berbaring di ruang bersalin, menahan sakit tapi masih bisa sms-an loh. Sahabat saya yang sudah pernah melahirkan hanya bilang “selama masih bisa senyum apalagi tertawa, berarti lahirnya masih lama, kalau udah nggak bisa senyum, nah itu saatnya tiba”. Ah, masak iya sih, pikir saya. Siang sampai sore itu rasanya lamaaaaaaaa banget. Sudah tidak ada selera makan dan selera apapun. Yang ada di hati hanya, semoga Allah membantu saya, lahirnya normal, lancar, ibu dan bayi sehat semua.

Hari itu, suami pulang kerja lebih cepat, hanya bekerja setengah hari saja. Ya iya lah, kan istrinya mau melahirkan. Sekitar pukul 18.00, maghrib tiba, mulesnya makin sering. Namun hasil pemeriksaan masih pembukaan empat. Aihhh... lama sekali. Mungkin karena saya kurang berolahraga dan memang saya tidak tahan sakit. Tapi masih bisa senyum membaca sms teman.

Pukul 21.00 pembukaan bertambah menjadi enam. Ditanya sakitnya, wow... menakjubkan. Sejak maghrib hingga saat melahirkan, suami dan ibu bergantian mengelus pinggang untuk mengurangi rasa sakit. Sempat saya meminta Allah untuk melepas pinggang ini sementara, setelah nggak sakit boleh dipasang lagi. :P Permintaan yang aneh. Saya mulai tidak mau membalas sms, males ngobrol. Yang keluar dari mulut hanya “Bu, sakit”. Ibu menyarankan untuk istighfar lebih banyak. Terus, terus dan terus istighfar.

Tepat tengah malam pukul 00.00 frekuensi sakit sudah teratur dan sering. Sepertinya ada yang mendorong ingin keluar dari rahim, rasanya seperti mau buang air tapi nggak bisa ditahan. Saat bu bidan kembali memeriksa, dia berkata “sudah saatnya”, dan sang asisten menyiapkan segala keperluan. Tiga kali ngeden, bayi kami lahir. Tangisannya cetar membahana badai banget. Ada rasa tidak percaya kalau saya sudah melahirkan. Bahagia banget. Alhamdulillah semuanya normal dan sehat. Bayi kami lahir pukul 00.15 hari Minggu 24 Februari 2013. Seketika itu juga sakitnya hilang. Ajaib ya. Tapi perjuangan belum selesai, bidan masih harus mengeluarkan ari-ari dan menjahit “jalan keluar” bayi. Nah, bagian jahit menjahitnya agak serem juga. Meskipun di bius, tetap saja ada rasa sakitnya. Namun, rasa sakit itu sebanding dengan kebahagiaan yang saya rasakan. Jumlah jahitan? Pokoknya banyak. Total sakit yang saya rasakan itu 22 jam lamanya :D . Proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dilakukan segera setelah bayi di bersihkan, di ruangan bersalin itu juga.

Setelah proses yang panjang, saya dipindahkan ke kamar perawatan. Pertama yang saya tanyakan ke ibu ketika si kecil diletakkan di sebelah saya “Bu, dia punya anus?”. Hal itu yang sering ada di benak saya sejak pertama kali hamil. Mungkin efek kebanyakan liat berita di TV. Semua kekhawatiran saya hilang mengetahui bayi kami normal dan sehat. Alasan saya memilih melahirkan di bidan (bukan Rumah Sakit), saya takut bayi tertukar atau di ambil suster abal-abal. Agak sedikit parno karena ketika hamil, dua atau tiga kali saya lihat berita bayi hilang di Rumah Sakit. Saya tidak berani membayangkan jika itu menimpa saya. Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkk....

Saya jadi makin sayang sama ibu setelah merasakan sakitnya melahirkan. Dulu sayang juga sih, tapi sekarang bertambah banyak. Terimakasih bu, sudah membawa saya ke dunia dan melimpahi kasih sayang tak terhingga. Terimakasih nak, sudah menambah kebahagiaan dan memberi semangat. Terimakasih juga untuk semua keluarga, teman dan sahabat yang sudah memberikan doanya.


Punya anak lagi? Nanti dulu deh. Mungkin tiga, empat atau lima tahun lagi.

No comments:

Post a Comment

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)