Feb 5, 2014

Cerita Banjir 04 Februari 2014


Pukul 03.00 dini hari, salah satu teman mengirim sms “Banjir kanal deket rumah jebol. Kalau berangkat kerja siaga ya karena banjir lebih besar. Rumahku kebanjiran dalam waktu satu jam”. Teman saya yang satu ini tinggal di Sawah Besar, “luamayan sering” jadi langganan banjir. Pantes jebol, hujan semalam nggak berhenti sampai pagi.


Hingga subuh, hujan pun belum reda. Lihat samping rumah, wow airnya banyak sekali. Air sudah meninggi, hampir masuk ke dapur. Nyaris. Sedikit lagi. Langsung lari ke depan, dan ternyata air juga sudah menggenangi jalan. Wih, alamat banjir dimana-mana nih. Begitu sih pikiran saya. Sempat mau ijin nggak masuk kerja, namun niat tersebut diurungkan.


Saya berangkat lebih pagi dari biasanya. Persiapan sudah matang. Antisipasi banjir dan macet. Berdoa semoga perjalanan lancar dan aman. Begitu sampai di Jalan Supriadi, air dimana-mana. Banjir. Lumayan. Bismillah. Terjang. Sampai Bang Anom ternyata air hanya sedikit di beberapa titik. Hah? Ternyata sini nggak banjir ya? Alhamdulillah. Depan pabrik? Kering bow.


Banjir di rumah saya belum tentu banjir juga di tempat lain. Ketika banjir menerjang Kaligawe tempo lalu, rumah saya aman sentosa.


Hari ini matahari bersinar cerah. Sangat cerah.

No comments:

Post a Comment

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)