menubar

Feb 18, 2016

Walang Goreng Gunung Kidul

Belalang. Yang terbersit di benak saya selalu serangga yang menjadi hama di perkebunan dan persawahan. Saya juga suka sebel kalau tanaman jeruk nipis sering dibantai oleh hama yang satu ini. Iya, belalang memang salah satu musuh saya. Sering liat di tivi kalau belalang dijadikan cemilan atau lauk di daerah Gunung Kidul. Katanya memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada udang. Dan lagi pula belalang memang halal kan. Tapi buat mencoba, agak-agak gimana gitu. Antara penasaran dan (sedikit) jijik wow.
 
Nah, pas week end kemarin ada kesempatan ke Gunung Kidul lagi, seneng dong pastinya.  
Gunung Kidul itu selalu membuat saya jatuh cinta. Pantainya itu loh, bikin ketagihan buat datang dan datang lagi. Sepanjang perjalanan menuju obyek wisata, banyak dijumpai pedagang walang goreng ini. Coba atau enggak ya? Ah, coba deh, mumpung di sini. Harganya standar ya. Satu toples cuma 25ribu rupiah saja. Ditawarkan dalam dua rasa, pedas manis dan gurih. Kalau yang dikemas sachet saya tidak tahu harganya. Enggak nanya juga sih :D
 
Sebelum mencoba, Pak su(ami) agak khawatir kalau saya alergi. Alergi kepiting saya kan udah ngilang sejak beberapa tahun lalu. Jadi kayaknya aman deh. Insha Allah.
 
Gigitan pertama, cuma berasa pedas manisnya. Kayaknya gigitannya terlalu kecil. Gigitan kedua, hmmm... mirip udang ya. Gigitan ketiga, keempat dan seterusnya... boleh lah. Tapi saya ngak berani makan bagian kepalanya. Nggak ada nyali... huhuhuuhuhuuuuu....
 
Jadi, jangkrik, kecoa, kelabang, tarantula, kalau digoreng mungkin rasanya mirip belalang dan udang. Iya kah?
 


No comments:

Post a Comment

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)