Jun 13, 2016

Jangan Remehkan Luka Kecil

Ini kisah nyata. No picture = hoax katanya ^__^ Post ini nggak ada fotonya sama sekali. Tapi bukan hoax loh. Beneran.
 
Sekedar sharing aja. Pengalaman setengah tahun yang lalu.

Berawal dari sebuah luka. Sedikit saja. Hanya saja luka itu ada di bagian tubuh yang amat jarang terpapar matahari maupun angin. Iya, berawal dari luka di sekitar aerola. (Maaf) puting payudara. Sakit? Iya lah. Ibu-ibu menyusui hampir sebagian pernah mengalaminya. Sering ngalami apalagi ketika Fio baru tumbuh gigi. Biasanya sih sembuh dengan sendirinya. Entah mitos atau fakta, dari yang saya dengar, ASI juga bisa jadi penyembuh luka di sekitar payudara.
 
Pertama hanya saya kasih betadin. Saya pikir itu memang obatnya. Ternyata salah besar. Karena tidak kunjung membaik, saya bawalah ke dokter umum. Saya dikasih resep zoralin tablet, zoralin salep dan antibiotik. Diagnosa tinea. Memang sih lukanya berangsur membaik, tapi tidak sembuh betul.
 
Tinea adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu suatu golongan jamur kulit yang terdiri atas tiga jenis, Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Kelainan pada kulit ini juga dinamakan ringworn yang berupa bercak-bercak bulat, berbatas tegas, terdiri atas eritem, di tengah bersisik dan pada tepi dengan papula kecil, kadang-kadang disertai vesikel kecil yang tertutup keropeng. Tinea diidentifikasi sesuai lokasi infeksi Tinea pada tubuh. Sumber: Wikipedia
 
Tiga minggu kemudian, saya periksa lagi karena kayaknya kok kambuh lagi. Saya dikasih resep antibiotik clindamycin 300mg, methylprednisolone tablet 4mg untuk gatal alergi, cetirizine dihcl tablet 10mg dan salep berlosom. Bukannya sembuh, lukanya makin menjadi parah. Bernanah. Jangan membayangkan ya kalau baca ini sambil makan. No picture, hoax katanya. Tapi masak iya saya share di sini. hahahaaaa....

Akhirnya saya ke dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Panti Wilasa Citarum yang kebetulan jadwalnya pas. Dr Yuanita Dian Utama SpKK. Setelah di periksa, dikasihlah perintah buat cek darah. Dan benar rupanya, katanya luka di aerola sudah terifeksi bakteri. Diagnosa : suspek dermatitis numularis, infeksi sekunder bakterial.
 
Difloxin 500mg, Paracetamol 500mg jika nyeri, Histrine 10mg untuk gatalnya, Salep Bactroban.

Harga antibiotiknya lumayan, karena dosis tinggi. Sebelum ngasih resep itu, dokter bertanya apakah saya sedang hamil. Karena memang belum hamil, dokterpun mewanti-wanti agar selama pengobatan, saya tidak boleh hamil. Selama minum difloxin itu berasa mabuk kendaraan, nggliyeng kalo orang Alaska bilang. :P
 
Untuk sementara, saya harus mengurangi konsumsi kedelai dan kacang-kacangan. Tapi tetep boleh kena air kok lukanya, tidak seperti dokter sebelumnya yang mengharuskan meminimalisir kontak luka dengan air.

Seminggu kemudian, luka berangsur membaik dan tidak sakit. Alhamdulillah. Mengingat rasa sakitnya itu sesuatu banget. Jadi jangan meremehkan luka sekecil apapun, karena bisa jadi investasi untuk penyakit yang lebih parah.
 
Hikmahnya: Fio bener-bener lepas dari nenen.

Jun 10, 2016

Pityriasis Rosea Gilbert, Rasanya Wow Sekaleeee...

Diagnosa : Pityriasis Rosea Gilbert.

Namanya manis ya. Keren. Tapi rasanya nggak keren bingitttttttttsssss.

Awalnya cuma bintik-bintik merah di leher dan dada. Saya pikir sih cuma alergi biasa. Bentar juga hilang. Ternyata dua hari berlalu, nggak hilang bintik merahnya malah disertai gatal. Saya berobat ke dokter umum di klinik Viva Generik. Dokter meresepkan obat dextamine, loratadine, imunnos dan bedak gatal. Sampai obat habis, gatal tidak berkurang dan bintik-vintik merah melebar menjadi ruam di seluruh tubuh.

Kalau berkeringat, jangan bayangkan rasanya.
 
Saya coba periksa lagi, tetapi masih dokter umum. Resepnya sama dengan dokter sebelumnya. Karena merasa makin parah, saya ke dokter Suciningrum Indrajanti Sp.KK di RS Panti Wilasa.

"Ini virus. Istirahat ya. Yang penting banyak ngaso. Bla...bla...bla...."
 
Hah? Tanggal segini mana bisa libur banyak-banyak. Masih banyak laporan yang belum dikerjakan.

Berapa lama sembuhnya Dok?
 
"Ya, bisa 2 sampai 3 bulan."

Dan saya syok. :'((

Meskipun katanya bisa sembuh sendiri. Tetep saja rasanya wow sekaleeee...

Pityriasis rosea (also known as pityriasis rosea Gibert[1]) is a skin rash. It is benign but may inflict substantial discomfort in certain cases.[2] Classically, it begins with a single "herald patch" lesion, followed in 1 or 2 weeks by a generalized body rash lasting up to 12 weeks, however usually around 6 - 8.[3][4][5]
 
Resep dari dokter Suci nggak kalah wow nya. Acycrovil 400mg sejumlah 56 tablet, harus habis dalam waktu seminggu. Obat gatalnya dikasih Histrine cetirizine 10 mg 15 tablet, salep dan bedak racikan Rumah Sakit. Jadi dalam sehari harus minum 10 tablet obat.

Efeknya? Kulit jadi kering pakai bingit. Keriiiinngggggg... kerontang. Untuk melembabkan disarankan minyak zaitun atau virgin coconut oil. Tidak disarankan baby oil. Pakai hand & body lotion? Oh nooo.... rasanya sakitttttttttt. Beneran deh.
 
Seminggu kemudian, saya kontrol. Gatal dan panasnya sudah agak mereda, tapi sakitnya makin menjadi. Si ruam-ruam merah itu meradang. Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum kecil-kecil.
 
"Istirahat ya. Sus, buatin surat dokter. 5 hari." 
 
Dan saya harus istirahat lagi, nggak boleh stress, nggak boleh capek. 5 hari saya di rumah. Beneran nggak mikir kerjaan. Ada hikmahnya juga, saya jadi bisa main sama Fio, mandiin Fio tiap hari, nyuapin tiap hari dan hal-hal lain yang tidak bisa saya kerjakan ketika bekerja. Fio juga bahagia di temenin ibuknya tiap hari. Ya, selalu harus bersyukur dalam segala keadaan.
 
Kali ini resepnya hampir sama, si acycrovil 400mg harus minum 3 hari lagi dengan jumlah tablet delapan perhari. Untuk mengurangi sakit akibat peradangan, saya dikasih obat lameson 16mg sebanyak 21 tablet, sehari 3 butir. Karena saya punya riwayat asam lambung, lameson akan berdampak hebat pada lambung. Untuk menguranginya, setengah jam sebelum makan harus minum lansoprazole 30mg. Pernah saya agak sedikit bandel, mencoba minum lameson tanpa lansoprazole sebelumnya. Hasilnya? Perut sakit banget, melilit seperti kalau lagi kambuh asam lambungnya. Hahahaa.... makanya harus nurut resep dokter.

Dan perlahan ruam-ruam merah memudar. Gatal dan sakitnya menghilang. Seiring berjalannya waktu, warna kulit kembali seperti semula. Alhamdulillah tidak menyerang muka. Biarpun badan gatal dan sakit plus tampilan nggak menarik, tapi muka bersih. Amannnnn........


12 April 2016

13 April 2016

19 April 2016

19 April 2016

25 April 2016
Dan bekasnya mulai hilang. Tapi yang ditangan masih nampak putih-putih, malah mirip panu. Hahahaa.... Tapi enggak gatal kok.

09 Juni 2016

Tidak semua koleksi foto saya tampilkan. Takut banyak yang ngeri ^__^

Jadi jika satu jerawat di jidat seolah meruntuhkan hidupmu, Pityriasis Rosea Gilbert membuatmu bersyukur hanya punya satu jerawat.

Jun 2, 2016

Family Gathering 22 Mei 2016

22 Mei 2016 lalu, perusahaan tempat saya bekerja mengadakan Family Gathering. Tujuan acara sebenernya sih untuk meresmikan sport hall baru di lokasi pabrik, sekalian silaturahmi antar karyawan beserta keluarga. Total perkiraan sekitar 900 orang. Saya kebagian jadi seksi registrasi. Konsekuensinya, saya harus datang pagi sekali. Jam 06.00 sudah standby di lokasi karena memang dijadwalkan jam 07.00 sudah dimulai acara pertama. Dan saya belum sarapan makkkk.... Biarpun "kelaparan" harus tetap ceria dan semangat.