Di sela-sela postingan zentangle dan kartu pos, mau cerita-cerita soal banjir lagi deh.
Jadi dari minggu lalu, tanda-tanda banjir sudah nampak. Adanya fenomena super blue blood moon tanggal 31 Januari lalu diprediksi air laut naik atau rob. Semarang termasuk yang langganan rob. Tempat kerja saya termasuk yang berpotensi tinggi kena dampak rob.
Senin, 05 Februari, saya masih bawa motor ke kantor. Saya pikir dua hari libur, genangan banjirnya udah surut. Ternyata saya salah. Lebih salah lagi, tidak membaca update di media sosial. Oke. Mari berjuang. Pagi, selamat sampai ke kantor, motor tidak mogok. Alhamdulillah. Menjelang siang makin galau. Mendung gelap dan ada informasi kalau air makin tinggi. Ada rencana motor ditinggal kantor sih. Tapi mau sampai berapa hari, wong besoknya juga belum tentu surut. Akhirnya nekat bawa pulang motor. Alhadulillah ada teman yang berbaik hati mendorong motor dari belakang, posisi mesin motor saya mati. Sampai di daratan, motor bisa distater dan pulang dengan selamat meski jalan Woltermonginsidi macet parah.
Selasa, 06 Februari, saya tetap bawa motor. Rencana mau dititipkan di penitipan motor yang banyak didekat lampu merah pertigaan Genuk. Dari situ, saya akan jalan kaki sampai ke kantor. Ternyata eh ternyata, semua penitipan penuh, sudah tidak mampu menampung motor lagi. Ada satu paling ujung yang masih buka. Dengan sangat terpaksa, saya titipkan "cinta" di penitipan itu. Nggak papa yang sayang, dirimu berendam air seharian setinggi mata kaki.
Rabu, 07 Februari, saya minta diantar bapak. Trauma kalau "cinta" harus berendam lagi. Perjalanan mulus. Berasa kayak di tepi pantai loh tiap kali ada truk atau bus lewat. Wush... ombaknya. Rencana mau ngevlog. Eh, minder juga kalau hengpong jatuh. Mana cicilan belum lunas. Hahahahaaa... Okelah, jeprat-jepret sedikit untuk kenangan.
Kaligawe Water Park. Daripada mengeluh, nikmati saja. Semoga Allah menjadikan kami manusia-manusia yang selalu bersyukur.
Dan hari ini, Kamis 08 Februari kami masih bisa tersenyum.