menubar

Nov 13, 2009

Banjir dan Semarang


Semarang, 13 November 2009

Kantor, pukul 15.45
Mendengar petir menggelegar. Pertanda hari akan hujan. Melongok keluar kantor. Dan benar sekali. Mendung hitam menggelayuti kota Semarang. Awan hitam itu seakan-akan sudah tak mampu bertahan dan segera bersiap menumpahkan air ke bumi ini. Dan sekali benar juga. Beberapa saat kemudian, hujan deras mengguyur Semarang.

Wah, alamat banjir nih. Semarang kan identik dengan banjir.

Banjir memang sudah akrab sekali dengan warga Semarang. Dani salah satunya. 25 tahun sudah, lahir dan dibesarkan di Semarang. Meskipun sempat berkhianat dan meninggalkan Semarang selama 3 tahun. Tapi akhirnya kembali juga ke pangkuan kota ini. Semarang, I love you full. Hahhahaaa…(tetap ala mbah Surip)

Sempat terjadi pemadaman listrik, tapi tak terlalu mengganggu pekerjaan karena tersedia genset sebagai pengganti listrik PLN.

Masih di kantor, pukul 17.00
Bel berbunyi. Saatnya pulang. Dua perasaan bercampur jadi satu. Pertama senang, karena terbebas dengan rutinitas kerja sehari-hari dengan barang-barang servisan. Sementara. Dan tentunya besok akan bertemu kembali dengan aktivitas itu. Kedua, khawatir dengan kondisi di luar, hujan dan banjir.

Pukul 17.10 = Perjuangan dimulai.
Untung selalu sedia payung sebelum hujan. Opss…!!! RALAT. Untung sedia selalu sedia mantel (di jok motor) sebelum hujan. Rencana : tidak melewati jalur biasanya, meskipun memakan waktu hampir dua kali lipat, setidaknya pasti terbebas dari banjir. Setelah mensurvei beberapa teman via telepon, diputuskan lewat jalur luar biasa. Dengan prediksi, Bubakan dan Citarum pasti terendam air alias banjir.

Rute biasa : Jl. Imam Bonjol (kantor) – Johar Bubakan – Jl. Patimura – Jl. Citarum – Jl. Sukarno Hatta – Jl. Supriadi – Kalicari (rumah tinggal bersama keluarga tercinta).
Rute alternativ : Jl. Imam Bonjol (kantor) – Jl. Tanjung – Jl. MH. Thamrin – Jl. Kartini – Barito – Jl. Majapahit - Jl. Supriadi – Kalicari (rumah tinggal bersama keluarga tercinta).

Note : Jl. Majapahit padat merayap pas jam pulang kantor. Apalagi kondisi hujan. Fiutffhhh…

Ternyata Jl. Tanjung pun tidak terbebas dari banjir. Air menggenang setinggi mata kaki, tapi masih bisalah ditoleransi. Sampai di lampu merah pertama, motor tiba-tiba berhenti. Waduh…bakalan mati terus neh. Benar juga, setiap kali berhenti di lampu merah, motor selalu mati. Oh My God. My sweety ( motorku), maafkan aku karena nggak nganterin kamu ke bengkel bulan ini. Coz nggak kebagian duit sih. Hehehe....Tetapi untunglah langsung bisa hidup kembali tanpa mengganggu kelancaran lalu lintas yang memang sudah macet itu. Mungkin lebih dari tujuh kali, motorku berhenti bernapas. Saatnya membulatkan tekat dan niat buat mbengkel hari Minggu nanti. Bobol ATM adalah alternativ paling terakhir jika misi nodong kakak tidak berhasil.

Meskipun sempat terjebak macet di Jl. Majapahit, tapi tetap bisa sampai rumah dengan selamat.

Rumah, pukul 18.00
Sampai di depan rumah. Alhamdulillah.

Bukannya tidak berrsyukur dengan hujan yang Engkau turunkan ya Allah. Tapi tetap saja, dani berdoa, semoga banjir di Semarang nggak terlalu parah.

2 comments:

  1. wah miomu perlu diopnam kuwi dan
    ixixxixixi
    sama tiap bulan disuntik vaksin hehehe

    ReplyDelete
  2. hanya perlu rawat jalan kok. ^_^

    ReplyDelete

Teman-teman boleh meninggalkan apapun disini. Sekedar say "hello", komentar, jejak dan lainnya. Terimakasih. (Tapi jangan anonim ya, ntar bingung mao berkunjung kemana)