Penulis : Anchee Min
Penerbit : Hikmah
Halaman : 620 halaman
Mengapa mataku gagal
menemukan kesenangan yang penuh dengan harta benda ini? Pelayan-pelayanku
mendandaniku dengan sehelai jubah cantik berwarna aprikot, yang dihiasi taburan
bunga plum – gaun yang sudah kukenakan ribuan kali dalam mimpi. Aku berjalan ke
muka meja rias, dan melihat kecantikan tiada tara. Pada rambutku ada jenpit
berbentuk capung yang dihiasi dengan batu rubi, safir, mutiara, turmalin, mata
kucing dab bulu-bulu burung pekakak. Aku berputar, mengamati perlengkapan
kamar, panel-panel mozaiknya yang penuh dengan batu mulia dan hasil panen yang
berlimpah. Di sebelah kiriku ada lemari berlaci dari kayu cendana merah yang
dihiasi giok dan batu-batu mulia, di kanan sebuah meja cuci muka dari kayu
mawar yang dilapisi indung mutiara. Di belakangku terdapat sekat-sekat tempat
tidur dari lukisan antik yang paling berharga.
Hatiku menjerit. Apa
lagi yang masih, bisa dan berani kau inginkan, Anggrek?
***
Sebuah perjalanan hidup
gadis Manchu dari klan Yehonala di abad 19 hingga dia menjadi seorang Maharani, penguasa wanita yang mendominasi kaum pria. Anggrek melakukan
perjalanan dari Wuhu ke Peking untuk menguburkan jenazah ayahnya, seorang
mantan Gubernur Wuhu. Bersama ibu, adik lelaki dan adik perempuannya berjuang
dengan harta terakhir peninggalan sang ayah. Nasib mengubah kehidupan Anggrek
setelah dia terpilih menjadi salah satu dari enam selir resmi Kaisar Hsien Feng
selain 3000 selir lainnya.
Menjalani kehidupan
selir sungguh berat. Anggrek menanti sang kaisar dalam ketidak pastian. Anggrek
harus bersaing dengan 3000 wanita lainnya untuk mendapatkan perhatian sang
putra surga dan berharap mendapatkan benih naga di rahimnya. Banyak cara dilakukan Anggrek, dari belajar
cara memuaskan kaisar hingga menyuap kasim untuk mengatur kunjungan kaisar.
Segera saja Anggrek
menjadi kesayangan kaisar dan melahirkan putra sekaligus satu-satunya, Tung
Chih, yang kemudian menjadi pengganti kaisar Hsien Feng. Sementara itu, di luar
tembok istana, China sedang mengalami berbagai krisis. Dari mulai pemberontakan
Taiping hingga penjajahan negeri Barat. Kondisi ini membuat kaisar Hsien Feng
tertekan dan perlahan-lahan menyerah pada sakitnya akibat beban yang tak tertahankan hingga meninggal di usia
tiga puluh tahun.
Anggrek berusaha hidup demi putranya. Dalam tekanan berbagai pihak, Anggrek tetap kuat meski sisi
kewanitaannya terkadang membuatnya hampir menyerah pada nasib. Anggrek
mendalami ilmu pemerintahan sebelum kaisar wafat, dan tetap memegang kendali
pemerintahan dinasti Ch’ing dari balik tirai atas nama Tung Chih.
***
Dalam sejarah, Anggrek
atau Ci Xi diceritakan sebagai wanita yang penuh ambisi, kejam, haus kekuasaan
dan menjadi penyebab utama runtuhnya dinasti Ch’ing. Ci Xi mendapat kekuasaan lewat rayuan dan pembunuhan. Membaca novel ini, saya
disuguhkan sebuah sudut pandang berbeda tentang Maharani Anggrek. Ci Xi,
seorang wanita cerdas yang hanya berusaha bertahan hidup di lingkungan Kota Terlarang
yang keras, penuh intrik politik dan perebutan kekuasaan demi keluarga dan
putranya.
Anchee Min mampu
memaparkan secara detil setiap sudut Kota Terlarang. Dari ornamen istana, bebungaan
yang memenuhi taman, hingga detil gaun yang dikenakan penghuni istana setiap harinya.
Saya bisa merasakan emosi
Ci Xi dalam ketakutannya, kesendiriannya, kegalauannya, keputus asaannya hingga
kesedihannya. Pun merasakan kekuatan dan semangatnya untuk bangkit dari
keterpurukan. Semua tergambarkan dengan jelas hingga saya terhanyut oleh
perasaan Ci Xi.
Novel ini hanya
menceritakan kisah Ci Xi ketika memasuki istana hingga meninggalnya sang Kaisar.
Novel ini belum menceritakan kehidupannya saat memerintah China.
Meski terjemahan, novel
ini dapat dengan mudah dipahami dan diikuti alurnya namun ada beberapa puisi terjemahan yang
menurut saya kurang pas dan tidak mengena. Secara umum, saya suka novel ini,
cocok bagi penyuka sejarah yang dibalut fiksi.
Rate: 4/5