Penulis : Dave Pelzer
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 168 halaman
Semangat hidupku menjadi sedemikian rendah, sampai sampai aku berharap Ibu benar-benar membunuhku, dan kupikir pada akhirnya itu akan ia lakukan juga. Menurut perkiraanku semua itu sekadar menunggu saat kapan ia mau melakukannya. Maka aku pun mulai sengaja bertingkah yang membuatnya marah, dengan harapan ia akan terpancing untuk segera mengakhiri kesengsaraanku.
A Child Called
“It” diangkat dari kisah nyata seorang anak kecil, Dave Pelzer, yang menjadi
korban kekerasan sang Ibu. Ibu kandung yang tega menganiaya secara fisik dan
mental untuk alasan apapun yang tidak masuk akal. Dave berjuang untuk
mempertahankan hidupnya, untuk tidak menyerah pada keadaan. Perjuangan Dave
sungguh luar biasa. Kekerasan demi kekerasan, penyiksaan demi penyiksaan dihadapi
Dave setiap hari. Pukulan dan tendangan sudah biasa dia terima. Kekurangan
makan, makan dari memungut sampah, makan sisa makanan anjing sampai tidak
diberi makan selama sepuluh hari pun pernah Dave alami. Bahkan Dave pernah
dipaksa meminum cairan amonia, cairan pencuci sabun dan memakan kotoran adiknya
sendiri. Dave menjalani ”hukuman” didalam ruangan penuh asap hasil campuran
amonia dan chloroc. Tetapi mengapa hanya Dave sendiri yang menerima semua itu,
bukan keempat saudaranya? Hingga puncaknya sang ibu menyebutnya “it” sesuatu.
Keberadaannya hanyalah “sesuatu”, tidak lebih dari itu.
Saya muak.
Bukan, saya bukan muak pada buku ini. Saya muak pada Roerva, ibu kandung Dave.
Namun saya lebih muak kepada ayah yang tidak punya cukup kuasa (mungkin juga
tidak peduli) dan lebih memilih melarikan diri daripada menyelamatkan keluarga.
I don’t wanna live in this planet anymore. Kenapa ada manusia-manusia seperti
itu.
Ketika membaca
beberapa halaman awal buku ini, sebenarnya saya ingin segera menghentikannya.
Saya menangis. Saya benar-benar tidak sanggup membayangkannya. Sungguh, saya
diajak untuk merasakan kesakitan, kesendirian, ketidakberadayaan, kekalahan,
amarah Dave. Kekerasan dan penyiksaan yang dialami Dave, dijelaskan dengan alur
yang mudah dipahami. Namun, saya harus tetap melanjutkan membaca. Penyiksaan
itu menjadi lebih parah, dan lebih menyayat hati. Saya kembali menangis.
Membaca buku ini
saya menjadi lebih bersyukur telah dilahirkan di keluarga yang bahagia, penuh
cinta kasih. Saya tidak mungkin sanggup menjalani hidup seperti Dave. Kekuatan
dan semangatnya benar-benar inspirasi bagi banyak manusia.
Namun ada satu
hal yang masih mengganjal. Dave Pelzer tidak menceritakan alasan sang ibu
berubah dari wanita lembut penuh kasih sayang menjadi wanita kejam tak
berperikemanusiaan.
Rate : 4/5
***
Perjuangan fisik
mempertahankan kelangsungan hidup memang penting, tetapi yang lebih penting dan
bermakna lagi adalah mempertahankan semangat agar tetap hidup.
Ya ampun, miris banget baca nasibnya Dave ini :( Dijelasin jg ga Dan kenapa cuma dia yg diperlakukan spt itu sama Ibunya?
ReplyDeleteHaduh, aku gak bakalan kuat deh baca buku ini sampe habis, bisa kepikiran sampe dibawa tidur *peluk Alif* :'(
Asli, bikin mewek terus.
DeleteMungkin perubahan sikap ibunya dijelasin di buku kedua atau ketiga, tapi aku belum baca.