Judul : EdensorPenulis : Andrea HirataPenerbit : Bentang PustakaHalaman : 288 Halaman
Bermimpilah,
karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.
Begitulah,
kekuatan mimpi yang membawa Ikal dan Arai sampai di Perancis, mendapat beasiswa
di Universite de Paris, Sorbonne. Berawal dari sebuah perkataan Pak Balia, guru
semasa SMA dulu. “Murid-muridku, berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah
Afrika, termukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke
Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi si Spanyol”. Sejak itulah terpatri dalam benak
Ikal dan Arai untuk menuntut ilmu hingga ke Eropa. Benar saja, dari
penjelajahan itu, Ikal menemukan satu persatu mozaik hidupnya.
Petualangan
dimulai sejak mereka menginjakkan kaki di daratan Eropa. Menghabiskan malam di
musim dingin dengan suhu minus belasan celcius dalam udara terbuka. Belajar
dari orang-orang jenius peraih nobel. Tenggelam dalam riset-riset ilmiah untuk
meraih gelar Master of Science. Menikmati setiap sudut kota yang tak pernah
membosankan. Bersahabat dengan pemuda pemudi cerdas dari beberapa negara.
Hingga
musim panas itu pun tiba. Untuk menghabiskan liburan musim panas, Ikal dan
teman-teman mengadakan sebuah permainan. Taruhan lebih tepatnya. Barang siapa
mengunjungi negara paling banyak, dialah pemenangnya. Sebaliknya, yang kalah
akan menanggungkan malu yang tak terkira akibat hukuman. Mungkin akan disangka
orang gila atau lebih parah lagi akan berurusan dengan polisi. Peserta yang
paling sedikit mengunjungi negara akan mengurus loundry peserta lainnya selama tiga bulan dan akan menuntun sepeda secara mundur dari museum legendaris Le
Louvre ke gerbang L’Arc de Triomphe dimana di sepedanya digantungi
pakaian-pakaian rombeng. Sungguh memalukan! Deal.
Ikal
dan Arai menjelajah Eropa dan Afrika sebagai seniman jalanan. Menggunakan
kostum ikan duyung, keduanya menampilkan seni jalanan sebagai patung dalam
ekspresi merana. Suka duka menemani perjalanan sekaligus usaha pencarian Njoo
Xian Ling, cinta pertama Ikal. Dari Rusia hingga Afrika! Dari udara dingin
menusuk tulang hingga panas membakar kepala.
Semua
telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan
getir yang paling memalukan, tapi selangkahpun kami tak mundur, tak pernah.
Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi.
Mengapa
diberi judul Edensor? Temukan di akhir buku yang menjadikannya penutup yang
manis. Indah.
Saya
sudah terpikat dengan cara bercerita Andea Hirata sejak awal. Andrea Hirata memang
seniman kata-kata. Memadukan science
dan sastra hingga menghasilkan karya yang cerdas Edensor merupakan novel ketiga
dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Membaca buku ini, saya benar-benar
diajak menjelajah Eropa hingga Afrika. Sebuah catatan perjalanan yang menarik, menelusuri
tempat-tempat yang bukan merupakan tujuan turis. Edensor merupakan kisah
seorang backpacker namun jangan berharap pembaca akan menemukan daftar hotel
lengkap dengan tarifnya, karena ini bukan buku panduan backpacker. Dalam novel
ini, Andrea juga menyelipkan perenungan yang membuat pembaca terharu, sedih,
bahagia, miris, dan terkadang ironis. Novel ini mampu menebar semangat dan memberi inspirasi untuk berani
mewujudkan mimpi.
Bermimpilah. Dengan mimpi kita akan memiliki
harapan. Harapan akan memberi semangat untuk meraihnya.