Waktu itu, hari Sabtu,
ibu dapat pesanan empat macam bubur. Bubur candil, bubur beras putih
(bubur sumsum), bubur mutiara dan bubur kacang hijau kupas. Ibu
memang lumayan seirng menerima pesanan bubur. Pemesan itu adalah
sebuah Wedding Organizer pernikahan muslim, tetangga kami. Seperti
biasa, ibu tidak pernah menanyakan tentang pernikahan sang WO, yang
penting pesanan siap, uang di dapat, pemesan puas dan kembali memesan
lagi di kemudian hari. Pukul delapan pagi, semua pesanan sudah siap.
Sabtu siang, di hari yang
sama, saya dan bapak menghadiri sebuah undangan pernikahan di gedung
USM. Setelah menyalami kedua mempelai, mata langsung tertuju pada
hidangan yang memang lurus dengan tangga turun pelaminan. Ah masak
iya? Nggak mungkin ah. Itu yang pertama terpikir ketika membaca
tulisan “Aneka Bubur” Wina Al Husna. Eit..tunggu dulu. Wina Al
Husna kan nama WO yang memesan bubur ibu. Hahahhaaa... ternyata
benar itu bubur buatan ibu saya. Saya hafal container yang dipakai
sebagai tempatnya. Saya juga hafal bentuk tampilan bubur buatan ibu
sendiri. Beberapa saat kemudian, ketemulah dengan si pemilik WO itu.
Saya selalu memanggilnya dengan mbak Win. Xexexexe.... cerita-cerita
kalau tadi pagi ibu sempat bilang ke saya“Ojo-ojo koe ngko
ketemu bubure ibuk ning USM. Ah, tapi yo ora mungkin ding.” Dan
ternyata dugaan itu benar.
Saya tidak mengambil
bubur. Saya kan sudah terbiasa makan bubur buatan ibu, termasuk bubur
pesanan hari itu. "Bu, nanti kalau dapat pesanan, tanya ya buat gedung
mana, siapa tau nanti ketemu lagi. :)
Ini dia tampilan bubur buatan ibu. Banyak juga yang ngambil. Berarti banyak juga ya yang suka bubur.