Nov 23, 2010

What a Bad Day

Pagi hari sih seperti biasa berangkat kerja pukul setengah sembilan. Dari rumah emang udah ada niat mampir bentar ke Kantor Pos buat bayar pajak. Setelah antri, hla kok sistem pajak error. Hufth…. Ya sudahlah.

Sampai kantor, seperti biasa cek email dulu. Trus langsung cabut ke Kantor Pajak buat bayar dan sekalian lapor. Antri panjang bener, padahal udah tanggal tua. Pas udah tiba giliran hla kok di tolak. Katanya harus carbonized. SSP tu kan rangkap 4, nah yang belakangnya nggak boleh di print satu-satu. Harus pake karbon. Kan aku nggak tau, biasanya bayar di kantor pos juga oke-oke wae. 

Nggak mungkin nunggu besok, soalnya ini minggu terakhirku di kantor. Semua dokumen harus udah beres. Di sebelah kantor pajak kan ada Bank BRI, kucoba ah, mana tau bisa bayar di situ. Oalah, ternyata hanya bisa di kantor BRI pusat dan di BRI Kas. Kantor BRI pusat? Yang di Jalan Patimura itu? Jauh amirrr….. Dan dikasih taulah BRI Kas Karang rejo (belakang PLN). Kata petugas bank itu bisa. Meluncurlah diriku di tempat itu. And guess what??? Nggak bisa juga, disarankan ke BRI Pusat. Hmm…tidak terima kasih. Kalau ada mobil kantor mending, lha ini bawa motor sendiri ogh. Panasssssssss dan jauh!!!

Eh…maju dikit kan ada kantor pos to. Coba ah, mudah-mudahan nggak error lagi. Nah, pas keluar dari parkiran BRI, high heelnya bikin ulah, dan terjatuhlah aku bersama sastroku tersayang. Sastro enggak lecet kok. Masih mulus. Sedangkan aku, lumayan, terkilir dikit di kaki kanan. Dan yang pasti malu sama security-nya.  Kok bisa sih jatuh, wong nggak ada yang nabrak.

*Lempar high heel ke siapa aja. Benciiiiih

Dengan kaki masih berasa sakit, paksain deh ke kantor pos, jaraknya cuman 100 meteran. Sampai di kantor pos, tetap berdoa dan harap-harap cemas. Semoga bisa ya Allah. Dan…Alhamdulillah lancar, nggak trouble lagi. Bayar udah selesai, dan saatnya kembali ke kantor pajak buat lapor. Antrinya sih cuma nungguin satu orang, tapi kok ya lamaaaaaaaaa banget.

Actually, it’s not really a bad day. Aku pernah mengalami yang lebih buruk dari ini. Dan aku masih hidup sampai detik ini. Terimakasih ya Allah buat semua anugerah dan cobaan yang Engkau berikan. Semoga danie selalu bersyukur dan tabah.

 

Nov 16, 2010

High Heel vs Coro

Sebenarnya aku teramat sangat tidak menyukai high heel. Sungguh tersiksa jika harus memakainya. Tapi ini konsekuensi hidup yang harus kujalani. Hufthhh....Seandainya high heel tidak pernah ditemukan dalam dunia fashion.

Dulu pertama kali pakai high heel, jalane wagu. Nggak enak diliat deh. Sumpah, kayak terpaksa gitu. Tapi setelah genap seminggu, semuanya jadi aman terkendali meskipun kaki sempat keseleo pas lagi belajar. Untuk jadi cantik emang butuh perjuangan dan pengorbanan. 

Sekarang aku berdamai dengan high heel. Sedikit.

High heel itu berjasa. Berhasil menumpas kecoa yang nyasar di ruangan kantor. Dengan jurus maut, kulibas si kecoa nakal itu dengan high heel. Sebenarnya aku nggak terlalu jijik dengan kecoa. Nggak teriak-teriak histeris kalo liat. Tapi kok bawaannya pengen nimpuk gitu. Mukanya itu loh, enggak banget. Tapi engak sejelek laba-laba, tarantula, dan keluarganya.

Semoga high heel itu berjasa lagi di kemudian hari.

Nov 8, 2010

Bakso Meteor


Warung bakso yang ini diberi judul "Bakso Meteor", ada di jalan Lamper Tengah Raya. Tempatnya seperti kaki lima pada umumnya, tapi ada juga tempat lesehannya, berupa pondok bambu. Ada 4 pondok bambu di warung ini. Setiap pondok banbunya bisa manampung 7 sampai 8 orang. 



Karena judulnya bakso meteor, jadi semua menu ya bakso, bakso iga, bakso bakar, bakso puyuh, bakso mercon, dan lain-lain. Rasakan kuah bakso asli untuk mengetahui enak atau nggak bakso itu. Jika kuah asli  (sebelum ditambah kecap, saus dan sambal) enak, ditambah apapun pasti lebih nikmat. Kalo dari awal udah ngak enak, mau ditambah kecap, saos dan sambalpun, pasti tetep nggak karuan rasanya. (Berlaku juga untuk soto, tapi tidak untuk mie ayam <<>



Nah, di warung ini kok agak kecewa dengan rasanya. Blas, nggak enak. Pas nyobain kuahnya, rasanya udah nggak berkompromi. Ditambah kecap dan sambal, tetep aja nggak bisa top markotob. Hanya nyaman tempat dan harganya saja. Trus yang bikin agak gondok, menu nasi iga panggang. Kalau liat harganya sih udah curiga, kok bisa iga pangang semurah itu? Pas pesanan nyampai di meja, olala... Ternyata bakso iga yang dipanggang, diberi saos dan mayones diatasnya. Weleh...kalo ini sih namanya bukan iga panggang. Tapi kok dikasih nama nasi iga panggang? 


Menurutku eman-eman modal yang dikeluarin pemiliknya. Modal buat bikin tempatnya aja udah banyak. Trus buat bayar karyawan jumlahnya 6 orang. Tapi pengunjungnya dikit. Dan aku memprediksi, orang-orang yang datang kesini pasti buat nyobain aja. Untuk kembali lagi dan jadi pelanggan rasanya tidak mungkin. Karena aku juga nggak mau balik kesana lagi sebelum rasanya berubah. Masih mending rasa bakso keliling di kampung. Biar cuma gerobak, tapi rasanya nikmat.

Tidak layak diberi judul bakso meteor. Sebaiknya cita rasa bakso di warung ini harus diperbaiki agar bisa bertahan dan memiliki banyak pelanggan.

Nov 3, 2010

When I was Young (part 2)

Pagi-pagi udah dengerin lagu-lagu melow, mendayu, menusuk kalbu. hahaa...lah pagi-pagi udah lebay. Yup sampai kantor, pagi ini disambut dengan alunan lagu yang liriknya seperti ini : (*ambil microphone, ehem...ehem..test...test*)

mencari sebab serta mencari alasan

supaya tercapai hasratmu

manis di bibir memutar kata

malah kau tuduh akulah segala penyebabnya

siapa terlena pastinya terpana

bujuknya rayunya suaranya

yang minta simpati dan harapa

.................

Dan lagu itupun berakhir, disusul lagu kedua

Kusangkakan panas berpanjangan

Rupanya gerimis, rupanya gerimis mengundang

Dalam tak sedar ku kebasahan

Pernah juga kau pinta perpisahan

Aku sangkakan itu hanyalah gurauan

Nyata kau serius dalam senyuman

.................

Dan lagu-lagu Malay jadul pun berkumandang. Hmmm...jadi inget masa mudaku dulu. SD kalo nggak salah. Lagu-lagu Malay emang lagi booming di Indonesia. Hampir setiap saat dapat kita dengar dan lihat, Di tipi atau radio. Lagi-lagi, untuk yang seumuranku, pasti juga mengalami zaman ini. Zaman keemasan lagu malaysia. Waktu itu, aku belum ngerti lagu barat selain OST Maria Mercedes, dan beberapa lagu Michael Learns To Rock. Saat itu, murid SD juga belum mendapat materi bahasa Enggres, dan aku baru belajar Enggres kelas VI SD. Jadi ya maklum, kalo nggak tau lagu2 Barat. Dan lagi, bapak ibu pecinta produk lokal, seperti Panbers, D'lloyd, Mercys, Ebit G Ade, Chrisye, sampai Ida Laela dan Bang Haji Rhoma Irama. Otomatis koleksi mereka didominasi musisi lokal. Bener2 cinta Indonesia.

Lagu yang sampai sekarang masih tertanam di benak

* Isabella versi asli Search, di daur ulang sama ST 12

* Mencari Alasan by Exist, udah didaur ulang juga

* Gerimis Mengundang by Slam, metal abis (Melayu Total)

* Rindu Serindu Rindunya Spoon, Hmmm... garpunya kemana yak?

Trus atu lagi yang nancep di otak, nggak bisa di keluarkan dengan operasi bedah otak sekalipun.

* Suci Dalam Debu, Iklim <<> baru tau sekarang kalo judulnya itu, bis search google, kalo dulu asal nyanyi ajah.

== Suatu hari nanti - Pastikan bercahaya - Pintu akan terbuka - Kita langkah bersama - Di situ kita lihat - Bersinarlah hakikat - Debu jadi permata - Hina jadi mulia ==

Sekian dulu lah, bahas zaman dani masih muda. Next session, bahas dari sisi dan sudut pandang yang laen.

*melanjutkan bersenandung lagu-lagu Malay jadul*

Nov 2, 2010

Sstt...Ada Rahasia di Pensilcaseku

Dulu, entah kapan pernah baca di beberapa blog tentang barang-barang yang selalu ada di tas. Entah ransel, tas sekolah, tas kuliah ataupun tas kerja. Aku juga mau kasih liat isi tasku. Nggak banyak kok yang aku bawa. Nggak ada lipstik, maskara, eyeshadow atau perlengkapan cewek pada umumnya. Pembalut dan tisu, benda utama yang harus ada di tas cewek pun ga ada di tasku. Nggak ada laptop dan blackberry.

Dan inilah isi tasku.



1. kertas coret-coretan : selalu butuh yang satu ini, karena nggak punya agenda, sampai rumah atau kantor, baru dipindah catatannya.
2. hp nokia 1650 kartu simpati : cuman bisa sms n telpon dan tidak ada fitur gprs (kartu jarang diisi pulsa, meh dibuang eman-eman, 5 tahun sudah menemaniku).
3. hp sony ericson k300i kartu Three : lebih parah, nggak bisa terima telpon blas, harus pake headset, jadul banget.
4. tempat pensil "little bobdog" : isinya macem-macem.
5. johnson baby cologne : tetap wangi meskipun nggak mandi.
5. buku tahapan BCA : biar cepet kasih no rekening kalau ada yang minta.
6. bedak : sekedar formalitas.
7. dompet : standarlah, buat naroh uang, KTP, STNK, SIM, ATM.
8. MP4 2GB dan kabel data: soale di henpon nggak ada mp3 nya.
9. dan tentunya pocket camera Mpix 7.0 mega pixels.







Trus isi pensilcase ku : 
pulpen (hadiah flexi), pulpen, pensil, pulpen, pulpen, correction pen, penghapus, flash disk merk vandisk, isi pensil 2B, stapler super mini, card reader, kunci laci cadangan, dan kertas catatan password.

Kalo pencil case isinya stationery sih wajar. Nah kalo yang ini spesial karena ada catetan password segala rupa. Dari password yahoo, gmail, facebook, twitter, blog ini, sampai ID dan password login ke beberapa forum. Entah kenapa aku selalu tidak bisa mengingat password. Tak ada ruang di otak untuk mengingat password. Mungkinkah aku harus upgrade otak? Tapi untuk mengingat materi kuliah, janjian meeting, schedule pembayaran, otakku masih sanggup menghandlenya. Tapi untuk password, hmmm....gitu deh. 

Seandainya tempat pensil itu jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab, hmm.... gimana ya? Ya bikin akun baru lagi. Nggak perlu pusing-pusing. Hahaa...

Hal Simple untuk Bumi

Hari ini sebelum ke kantor sengaja mampir buat refill cartridge printer di Veneta, Jl. MT Haryono. Sepintas emang biasa aja sih. Tapi beda loh. Yup, kantong kreseknya. Dari penampilan sama seperti halnya kantong plastik biasa dengan logo di cetak di atasnya. Tetapi ada yang beda dengan kantong ini ketika disentuh. Tidak seperti kantong kresek biasannya.



Owh, ternyata Veneta menggunakan plastik ecoplas. Ecoplas adalah kantong ramah lingkungan karena dibuat dengan menggunakan Biodegradable Resin. Sebuah resin baru yang dikembangkan dan diciptakan di Indonesia oleh putra Indonesia yang mengandung 50 persen tepung singkong Indonesia beserta sumber-sumber alami lain yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. 



Mungkin kita sering mendengar ataupun membaca bahwa dibutuhkan waktu 1000 tahun bagi bumi untuk dapat mengurai sampah plastik. Bayangkan saja, jika membuang plastik hari ini, baru dapat teurai sekitar tahun 3010. WOW!!! (bukan takjub tapi miris). Sungguh malang nasib bumi. Sedangkan ecoplas bisa terurai dalam waktu 10 minggu.



"This bag is degradable". Meskipun kantong ecoplas dapat terurai, tetapi alangkah baiknya jika kita mengurangi sampah terutama sampah yang sulit terurai. 

Selamatkan bumi mulai dari sekarang dengan hal-hal simple yang kita bisa. Termasuk menggunakan plastik ecoplas, membuang sampah pada tempatnya (kalo bisa dipisah, sampah organik dan non organik), menghemat air, tidak mencetak struk saat penarikan ATM, ganti tisu dengan sapu tangan dan masih banyak lagi hal-hal simple lainnya.

Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Ayam Bakar Wong Solo

Gambar di bagian depan aku ambil tanpa ijin dari situs seputarsemarang, karena agak sungkan mengambil gambar sendiri.





Entah kenapa Rumah makan / resto ini selalu terlihat sepi. Apa mungkin karena aku selalu melewatinya pada jam berangkat dan pulang kerja kali ya. Tapi pernah lewat pas jam makan siang yo tetep sepi loh. Atau mungkin karena tempatnya yang kurang strategis? Padahal berada di Jalan Raya, tepatnya Jalan Tentara Pelajar, berjarak sedikit dari pertigaan lampu merah Java Mall. Dan waktu ambil gambar pas hari Sabtu, jam 7an malam, harusnya rumah makan ini bisa rame.

Untuk tempat, lumayan nyaman, luas, berAC dengan bangku dan meja kayu mirip jaman sekolah dulu. Free hot spot juga. Kalau untuk rasa, ya emang nggak terlalu mak nyus, tapi juga nggak parah2 banget. Nilai 7 untuk kisaran nilai 0-10. Waktu itu yang dipesan ayam bakar, ayamnya empuk, manis, standar lah. Tapi sambelnya kurang nendang, nggak ada rasa pedasnya. Jadi kurang tertantang. Dan urapnya, baru kali ini liat daun cikri/kenikir disajikan mentah bersama bumbu urap kelapa. Sayuran yang menemani si kenikir ini udah sering ku liat dan kunikmati seperti kacang panjang, tauge, kol dan semuanya mentah. Tapi kok ya baru liat si kenikir ini. Lalapan juga seperti biasa pada umumnya, mentimun dan daun kemangi. Ada satu lagi yang menemani nasi dan ayam bakarnya, dua buah tahu goreng. Enak.

Untuk harga relatif terjangkau. Hampir sama dengan harga kaki lima di seputaran Tlogosari.

Tapi kok ya sepi gitu to? Apa yang salah ya? Sementara beberapa rumah makan dengan kualitas sama, bisa rame loh. Hmmm... entahlah.