Ini kisah nyata. No picture = hoax katanya ^__^ Post ini nggak ada fotonya sama sekali. Tapi bukan hoax loh. Beneran.
Sekedar sharing aja. Pengalaman setengah tahun yang lalu.
Berawal dari sebuah luka. Sedikit saja.
Hanya saja luka itu ada di bagian tubuh yang amat jarang terpapar
matahari maupun angin. Iya, berawal dari luka di sekitar aerola.
(Maaf) puting payudara. Sakit? Iya lah. Ibu-ibu menyusui hampir
sebagian pernah mengalaminya. Sering ngalami apalagi ketika Fio baru tumbuh gigi. Biasanya sih sembuh dengan sendirinya. Entah mitos atau fakta, dari yang saya dengar, ASI juga bisa jadi penyembuh luka di sekitar payudara.
Pertama hanya saya kasih betadin.
Saya pikir itu memang obatnya. Ternyata salah besar. Karena tidak
kunjung membaik, saya bawalah ke dokter umum. Saya dikasih resep zoralin tablet, zoralin salep dan antibiotik. Diagnosa tinea. Memang sih lukanya berangsur membaik, tapi tidak sembuh betul.
Tinea adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu suatu golongan jamur kulit yang terdiri atas tiga jenis, Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Kelainan pada kulit ini juga dinamakan ringworn yang berupa bercak-bercak bulat, berbatas tegas, terdiri atas eritem, di tengah bersisik dan pada tepi dengan papula kecil, kadang-kadang disertai vesikel kecil yang tertutup keropeng. Tinea diidentifikasi sesuai lokasi infeksi Tinea pada tubuh. Sumber: Wikipedia
Tiga minggu kemudian, saya periksa lagi karena kayaknya kok kambuh lagi. Saya dikasih resep antibiotik clindamycin 300mg, methylprednisolone tablet 4mg untuk gatal alergi, cetirizine dihcl tablet 10mg dan salep berlosom. Bukannya sembuh, lukanya makin menjadi parah. Bernanah. Jangan membayangkan ya kalau baca ini sambil makan. No picture, hoax katanya. Tapi masak iya saya share di sini. hahahaaaa....
Akhirnya saya ke dokter spesialis kulit dan kelamin di RS Panti Wilasa Citarum yang kebetulan jadwalnya pas. Dr Yuanita Dian Utama SpKK. Setelah di periksa, dikasihlah perintah buat cek darah. Dan benar rupanya, katanya luka di aerola sudah terifeksi bakteri. Diagnosa : suspek dermatitis numularis, infeksi sekunder bakterial.
Difloxin 500mg, Paracetamol 500mg jika nyeri, Histrine 10mg untuk gatalnya, Salep Bactroban.
Harga antibiotiknya lumayan, karena dosis tinggi. Sebelum ngasih resep itu, dokter bertanya apakah saya sedang hamil. Karena memang belum hamil, dokterpun mewanti-wanti agar selama pengobatan, saya tidak boleh hamil. Selama minum difloxin itu berasa mabuk kendaraan, nggliyeng kalo orang Alaska bilang. :P
Untuk sementara, saya harus mengurangi konsumsi kedelai dan kacang-kacangan. Tapi tetep boleh kena air kok lukanya, tidak seperti dokter sebelumnya yang mengharuskan meminimalisir kontak luka dengan air.
Seminggu kemudian, luka berangsur membaik dan tidak sakit. Alhamdulillah. Mengingat rasa sakitnya itu sesuatu banget. Jadi jangan meremehkan luka sekecil apapun, karena bisa jadi investasi untuk penyakit yang lebih parah.
Hikmahnya: Fio bener-bener lepas dari nenen.